Beranda / Novel Terjemahan / The Orphan Keeper
Penerbit: | Mahaka |
---|---|
Berat Buku: | 450 gram |
Di Unggah Pada: | 19-08-2021 |
Bahasa: | Indonesia |
Halaman: |
“Hidup akan selalu sulit, tapi jika kita berusaha sebaik mungkin, jika kita bertahan, kita bisa mencapai perbedaan-dan kebaikan akan menang atas kejahatan, cinta akan mengalahkan kebencian” (hal.436-437) Kehidupan orangtua yang kehilangan anak merupakan suatu penderitaan yang menyiksa. Setiap hari mereka bergumul dengan ketidakpastian mengenai apakah anak mereka masih hidup, mungkin dianiaya secara fisik atau mati, seperti kasus yang menimpa Chellamutuhu yang masih kecil. Diangkat dari kisah nyata, buku ini ditulis oleh Camron Wright, seorang penulis peraih penghargaan fiksi umum terbaik literary awards. Novel pertama penulis, Letters for Emily pun diganjarkan penghargaan Reaeder’s Choice. Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia delapan tahun yang harus terpisah dari keluarganya dan mengalami kehidupan yang jauh berbeda karena diculik oleh sekelompok orang. Dan dijual ke Panti Asuhan Lincoln, yang kemudian diterbangkan ke Amerika untuk diadopsi oleh sepasang keluarga Fred dan Linda Rowland. Peristiwa penculikan itu terjadi ketika Chellamuthu ikut dengan ayahnya dan ditinggal sementara di tepi jalan. Kemudian datang sebuah mobil van yang kemudian membawanya lalu berpindah ke jeep dan akhirnya dijual di Panti Asuhan Lincoln. Panti Asuhan ini asuh oleh Eli Manickam dan Manesh. Dari Panti Asuhan tersebut kemudian anak-anak itu dijual ke berbagai negara di belahan bumi. Ibunya sudah sering menasihati agar waspada, sebab sudah banyak anak hilang tanpa jejak di India setiap tahunnya, tentu saja Chellamuthu tidak mengindahkannya. Eli Manickam meyakini bahwa anak-anak yang dibawa kepadanya adalah anak-anak yatik atau setidaknya dari keluarga miskin. Padahal sesungguhnya anggapan tersebut keliru. “Aku diculik! Mereka membawaku pergi dengan paksa. Aku sedang bersama ayahku… di jalan. Aku kenal salah satu dari mereka. Mereka bilang punya makanan, lalu mereka melemparkanku ke dalam van. Aku akhirnya tiba di sini” (hal.94)